Selasa, 16 September 2008

Kisahku Bersama Sahabat

Kehidupan bersama sahabat mungkin adalah sebuah kisah yang tidak akan ada habisnya untuk di kenangkan. Karena sahabat merupakan kebutuhan jiwa yang terpenuhi, dengannya kamu akan dapat menikmati hidup yang penuh dengan makna dan dialah orang yang akan mengobati serta menghiburmu disaat dirimu sedang dalam kedukaan. Tanpa kamu beritahu dia akan mengetahui keadaanmu, tanpa kamu pinta dia akan selalu setia menemanimu, dan tanpa kamu suruh dia akan mencari tahu keadaanmu. Itulah sahabat ya.. sahabat yang sejati.
Baiklah, aku akan memulai mengingat kisah persahabatan yang pernah terjalin hingga kini diantara aku dan sahabat-sahabatku, agar Anda tahu begitu banyak kenangan manis yang cukup disayangkan untuk dilupakan dalam hidup ini.
Aku mengawali kisah ini pada saat aku sedang berkuliah di sebuah perguruan tinggi Islam negeri (STAIN) Samarinda semester 8 dimana aku telah memiliki beberapa sahabat yang cukup berarti dalam hidup ini. Mungkin mereka adalah Ansur Arsyad, dan 9 Brosist (9 brother and sister).

With Nine Brosist ( 9 Brothers & Sister )

9 Brosist (9 brother and sister) adalah nama yang berarti sembilan saudara laki-laki dan perempuan, nama ini dipilih karena aku dan teman-temanku terdiri dari 9 laki-laki dan 2 perempuan. Nama itu muncul bukan lantaran atas ikrar yang mudah namun atas latar belakang mempertahankan persahabatan yang terjalin.
Pada awalnya lokal kami (tarbiyah PAI) sangat dikenal oleh lokal-lokal yang lain bahkan tergaung sampai ke jurusan-jurusan lain merupakan lokal yang paling baik, kompak, berprestasi, dan have fun. Itu semua karena kerja sama antar semua penduduk lokal yang mencapai 38 orang itu. Lokal yang kadang membuat iri hati lokal dan jurusan lain ini tentu banyak dimotori oleh Ghazali Rahman, Agus Bahri, Edi Junaedi, dkk.
Namun ternyata kekompakan lokal ini mulai menunjukkan perpecahan dan pertentangan ketika masing-masing penduduknya mulai berkompetisi secara tidak sehat alias saling menonjolkan diri dan menjatuhkan lawan. Munculnya kubu-kubu organisatoris seperti PMII-HMI-KAMMI, kelompok belajar mata kuliah, dan non organisatoris, personal, kelompok sebaya, dan adu domba semakin mempertajam kesenjangan.
Untuk itu Aku, Agus, Edi, Hamdani, Baha, dan Sodikin yang selalu bersama-sama berkeinginan untuk meminimalisir bahkan mengkondusifkan lingkungan lokal yang semakin semrawut itu, berbagai upaya sudah kami lakukan namun ternyata belum cukup mampu mengkondusifkan suasana hal ini karena diantara masyarakat lokal terdapat beberapa orang dan kelompok yang ingin memecah belah secara halus sehingga menghambat gerakan damai kami.
Usaha kami mungkin sedikit mendapat dukungan dari yang lain, hal ini terlihat dari bergabungnya Suriyanto yang disusul Amaliah dan Siti Munawarah di kubu kami. Namun ternyata dewi fortuna belum sepenuhnya memihak, ibarat mahu menolong hewan yang terjepit tapi malah di gigit,. karakter kami mulai dibunuh oleh personal dan kelompok pengadu domba. Mereka menyebarkan fitnah yang membuat kami bingung dan tidak tahu fitnah apa yang ditimpakan kepada kami. Fitnah itu bukan hanya tersebar di kalangan mahasiswa namun hingga jurusan-jurusan dan lembaga.
Suatu saat Aku, Edi, dan Baha harus menerima kopi pahit dari seorang dosen ketika sedang mengikuti perkuliahannya, entah dengan motif apa dosen tersebut langsung menyudutkan keberadaan kami di hadapan kawan-kawan yang lain, pada awalnya kami bertiga masih bersikap biasa dan tidak tahu menahu namun ketika dosen itu mengatakan bahwa kami ber sembilan adalah perkumpulan yang telah menyimpang dari perilaku yang wajar sebagai mahasiswa, kami langsung terdiam, terkejut dan saling bertatap mata.
Mungkin saja itu adalah hari yang tepat bagi dosen itu untuk mengomentari persahabatan kami karena 6 orang diantara kami sedang mengambil jatah liburnya. Usai perkuliahan kami bertiga langsung menghubungi kawan-kawan yang lain untuk berkumpul di rumah Amaliah dan mendiskusikan hal ini.
Setelah kami menjelaskan semua yang telah kami bertiga alami, tiba-tiba Agus naik pitam dan segera meluncur ke kampus dan mengajak berbincang empat mata dengan dosen tersebut, entah apa yang diperbincangkan namun yang jelas kami tidak menerima atas tuduhan dosen yang terkenal killer di kampus itu.
Mungkin inilah masa kritis bagi kami, di setiap sudut kampus yang kami datangi pasti akan tercipta suasana yang dingin dengan tatapan sinis orang-orang yang berada disekitarnya, bahkan hingga kepada dosen-dosen yang kami hormatipun seolah tidak mahu menerima keberadaan kami. Hari-hari di setiap sudut kampus selalu memperbincangkan persahabatan kami bersembilan yang dianggap miring.
Sejak saat itu kami sedikit mengalami gangguan mental, kami down karena diserang dari berbagai sudut jangankan untuk menghibur diri untuk menghibur sahabat-sahabat yang lain saja kami ragu dan rasanya tidak ada gunanya. Dalam diriku sendiri ada perasaan khawatir jika kami akan bubar dan tidak dapat melewati ujian ini. Hal ini terlihat ketika kami bertemu nyaris diam seribu bahasa alias saling diam.
Beberapa hari kami mengalami masa down dan kami tidak ingin larut dalam masalah ini, karena selama kami diam tanpa perlawanan gosip diantara kami semakin kencang berhembus,. Kami akhirnya mencari titik orang pertama yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Kami mencoba beberapa kali mendatangi langsung rumah seorang dosen yang kami anggap harus bertanggung jawab.
Usaha kami tidak sia-sia setelah melalui perjuangan yang panjang, isu tentang kami sudah mulai meredup. Kawan-kawan kampus yang memandang miring kini sudah mulai sadar setelah kami mempertanyakan perkara apa yang telah kami lakukan sehingga dianggap menyimpang’ dan kami telah mengetahui siapa sebenarnya musuh dalam selimut di balik kejadian ini.
Para dosen yang telah sepakat untuk menghalangi karya kami akhirnya satu per satu kini mulai mengetahui kebenaran yang sebenarnya, meskipun diantara mereka ada yang sempat tidak meluluskan kami dengan nilai yang tidak jelas, kini telah dapat bersikap objektif bahkan mendukung aktifitas dan persahabatan kami. Yah… inilah buah dari perjuangan serta kesabaran kami.
Atas keberhasilan dan kesuksesan menghadapi masalah ini, kami mengikrarkan diri dengan nama nine brosist (9 saudara).
Perjalanan 9 Brosist bukan tanpa halangan dan kendala, melainkan pasca serangan dari luar, kini setelah berjalan selama 2 tahun ‘9 brosist mengalami beberapa kali kesalah pahaman dari dalam diri masing-masing personelnya yang terus terang saja masih mengandalkan keegoisan masing-masing.
Masalah itu antara lain menyangkut hubunganku dengan Edi yang telah terselesaikan, kemudian disusul dengan hubunganku dengan Baha yang sampai saat ini (saat penulisan cerita ini) belum mengalami titik temu, kini Lia dirundung masalah dengan Edi yang tidak tahu secara pasti apa penyebabnya.
Yang jelas saat ini Edi selalu mencoba untuk menghindar dan tidak bertegur sapa dengan Lia, Edi-pun kini telah jarang sekali berkumpul dengan 9 brosist. Meskipun kami memiliki kesibukan masing-masing namun kami selalu berusaha menyempatkan diri untuk selalu berkumpul bareng.
Hamdani sendiri mengetahui penyebab utama mengapa Edi selalu menjauh dari Lia namun entah mengapa Hamdani bersih keras untuk tidak memberitahukan kepada kami mengapa Edi bersikap seperti itu, agar kami dapat mendiskusikannya secara bersama-sama lagi.
Menjelang diakhir waktu ini, aku dan Suriyanto hanya berharap bahwa 9 brosist akan tetap kukuh dan menunjukkan kembali kecemerlangannya seperti dulu lagi. Tidak ada pertentangan, tidak ada permusuhan, ataupun sikap yang dapat menghancurkan persahabatan ini, kami hanya berharap jika kita dapat berfikir positif dan dewasa menyikapi segala hal, bukan dengan sikap yang ke kanak-kanakan ini.
Jikapun harapan ini menjadi nyata, semoga keutuhan persahabatan ini akan tetap terjaga dan terjalin hingga kita tua dan kembali kepada-Nya. Ataupun jika itu tidak menjadi nyata aku berharap bahwa kita akan tetap mengingat kenangan ini hingga kita bisa bertemu lagi. Akhirnya aku ucapkan terima kasih Sahabat, terima kasih 9 brosist.

With Muhammad Syodikin


Aku mengenal Syodikin pada masa Taaruf Mahasiswa Baru (TAMU) ’04. Pada saat itu Syodikin sedang membagikan formulir penerimaan anggota baru HMI, aku yang sejak mengikuti MAPABA I PMII telah berniatan akan pindah organisasi ke HMI tentu tidak mahu ketinggalan kapal untuk segera bergabung di organisasi yang menarik hatiku itu. Langsung saja aku meminta dan mengisi formulir tersebut, awalnya aku mengira Syodikin menyembunyikan perekrutan terselubung itu dari aku karena ia mengetahui jika pada saat itu aku telah bergabung di PMII.
Singkat cerita mungkin aku mulai mengenal Syodikin ketika aku dan dia sering bertemu walaupun pada saat itu kami hanya bertegur sapa sewajarnya seperti orang yang tidak terlalu mengenal. Aku ingat sekali bahwa yang menjadi teman terdekat syodikin adalah Ida seorang gadis pasir yang juga teman sekampusku.
Entah dari mana jelasnya aku bisa mulai dekat dengan Syodikin namun setelah 7 brother or 9 brosist terbentuk aku mulai merasakan bahwa dia adalah Sahabat yang bersedia menemaniku baik dalam suka maupun duka.
Aku memanggil Syodikin dengan panggilan ‘Ayah’ karena selain faktor telah terbiasa dengan panggilan itu, ia juga adalah sosok seorang ayah yang gaul alias masih muda. Syodikin atau Ayah memang telah menikah sejak lama sekali ya… kurang lebih semenjak duduk di semester I dulu.
Bagiku Syodikin adalah sahabat yang bisa untuk berbagi alias curhat karena selain perawakannya yang dewasa juga mungkin karena dia mampu untuk mencaba memahami karakterku. Syodikin memang dewasa dalam memberikanku nasehat atau apapun yang baik untuk diriku jadi memang pantas jika teman-teman termasuk aku sendiri tetap memberinya gelar ‘Ayah’.
Tidak banyak kisah yang dapat aku gambarkan dari kehidupanku dengan Shodikin karena ia memang jarang berkumpul dengan 9 brosist. Ia memang sangat sibuk dan harus bisa membagi waktu antara kuliah, keluarga dan pekerjaannya. Jika pagi hari ia harus kuliah pada siang harinya ia harus menyiapkan barang-barang untuk ia jual di pasar malam dan barulah malam hari setelah berdagang ia dapat menikamti istirahatnya bersama keluarga.
Aku ingat, Syodikin pernah berkata padaku bahwa ia sangat senang dapat berkumpul dengan kami (9brosist) karena sedikit banyak dapat menghilangkan kepenatan hidupnya. Agar dapat berkumpul bersama kami saja dia harus sedikit mengorbankan sedikit jam sibuknya asalkan ia masih dapat membagi waktu bersama sahabat-sahabatnya.
Dari persahabatanku dengan ayah aku dapat mengambil suatu hikmah bahwa dalam persahabatan itu, harus ada sikap saling mengerti akan kepentingan sahabatnya dan tidak memaksakan kehendak diri, yang jelas persahabatan yang sejati dapat melampaui dan menghibur diri daripada peran keluarga. Nikmatnya persahabatan akan terasa ketika kita telah dipenatkan oleh kehidupan berkeluarga. Good Luck 4 U Ayah.

With Edi Junaedi

Awal aku mengenal Edi Junaedi karena seringnya bertemu dan berteman di lokal tarbiyah namun yang pastinya aku mulai dekat dengan Edi setelah kami sering mengadakan perjalanan bareng entah untuk refreshing ataupun untuk suatu urusan. Perjalananku dengan Edi sempat terbilang sangat akrab bahkan antara aku dan dia seperti tidak akan terpisahkan oleh apapun.
Lelaki penyuka musik dangdut Rhoma Irama ini banyak membantuku dalam segi pengetahuan masalah agama yang masih kurasakan kurang dari diriku. Edi memang sahabat yang tepat dalam hal pemahaman mengenai agama, maklumlah karena ia memang kurang lebih telah mengenyam pendidikan di pondok pesantren selama 15 tahun. Dalam hal pemahaman agama Edi memang sangat kuat sekali pada pemahaman klasik yang banyak diturunkan oleh para ulama-ulama klasik jua.
Dari Edi aku mulai mengenal dan nilai religiku meningkat drastis. Hal itu karena aku dan dia selalu menghadiri pengajian-pengajian klasik yang tentunya dengan para ulama yang tidak diragukan kealimannya di kalangan masyarakat kaltim bahkan nasional. Guru kami diantaranya adalah Guru Mansur, Guru Uddin, yang merupakan anak angkat dari Guru KH. Muhammad Zainy Abdul Ghani Al Banjari (Guru Ijay), pengajian yang digelar oleh guru-guruku ini selalu tidak kurang dihadiri oleh ratusan jamaah.
Kedekatanku dengan Edi pada saat semester 3-4 sangat akrab sekali, sehingga tak jarang aku dan dia sering diejek oleh kawan-kawan lain ibarat sepasang ‘suami/istri’, akan tetapi kami tidak memperdulikannya. Dalam persahabatan kami mengedepankan sikap saling mengerti, saling memberi dan membantu bahkan kami semakin akrab di saat orang-orang selalu mengejek kami berdua.
Menjelang akhir semester IV kedekatanku dengan Edi mulai rapuh karena aku kecewa dengan dia yang menuduhku menyukai gadis yang amat dicintainya (Elliyanah). Elly adalah gadis desa yang pendiam dan solehah namun ia belum bisa menerima Edi sebagai kekasihnya karena suatu hal meskipun Edi tampak berjuang keras untuk mendapatkannya namun Elly belum membalas perasaan Edi.
Aku sebagai sahabat Edipun tidak mahu tinggal diam apalagi aku melihat keadaan Edi setelah mengenal Elly bagaikan Qais alias majenun yang memimpikan Layla.
Aku selalu mencoba mendukung Edi agar tidak menyerah untuk mendapatkan Elly namun ternyata aku harus kecewa ketika Edi mengumumkan padaku bahwa ia telah menyerah untuk berjuang mendapatkan hatinya Elly, berita itu sedikit membuatku sedih dan meneteskan air mata namun sebagai sahabat yang baik aku mencoba untuk tetap mendukung keputusannya itu.
Edy yang telah mendapatkan Asnaniah (sepupu Elly)sebagai kekasih resmi sesaat setelah berhentinya dia dalam memperjuangkan cinta kepada Elly ternyata masih menyimpan foto Elly di dalam dompetnya. Foto itu seringkali membuat cemburu Asnaniah kepada Elly sehingga aku berniat mengembalikan foto itu pada Elly, setelah aku mengembalikan foto itu pada Elly ternyata membuat Edy marah besar padaku dan lantas ia menuduhku diam-diam menyukai Elly.
Perkelahian antara aku dan Edi tak dapat dihindari, mushallah kampus STAIN manjadi saksi perkelahian kami dan hanya Hamdani yang pada saat itu mencoba untuk melerai perkelahian kami.
Sahabat-sahabat lain yang mendengar berita perkelahianku dengan Edy pada sore harinya tiba untuk mendamaikan kami berdua, sehingga masalahku dengan Edi akhirnya usai setelah kami mendiskusikannya di kediaman Elliyanah. Meskipun pada waktu itu uluran tangan permintaan maafku padanya tidak disambut dengan baik namun aku cukup bersyukur bahwa dengan adanya Elly sebagai penengah perkelahian kami dapat menyadarkan Edi akan siapa yang benar dan siapa yang salah dalam masalah ini.
Paska tragedi itu aku dan Edi tidak pernah mahu bertegur sapa lagi bahkan hingga berjalan empat bulan lamanya. Dalam diriku ada perasaan benci dan tidak ingin mendengar suaranya lagi. Edi menganggap bahwa aku sudah tidak ada lagi di hatinya “kosong sama dengan ada, dan adanya sama dengan kosong”. Begitupun sebaliknya dengan aku, kehadiran Edi aku anggap sama dengan tidak ada namun ketidak adaannya sama dengan ada.
Paska Idul Fitri 1426 H aku Ibu angkatku (mamanya Lia.red) menyuruhku untuk meminta maaf kembali kepada Edi. Tidak hanya ibu, Baha dan Lia pun sangat mengharapkan agar aku mendahulukan untuk meminta maaf dan menegur Edi bahkan mereka berdua (Lia dan Baha.red) bernazar akan berpuasa untukku selama 7 hari jika aku mahu menurutinya.
Aku mengabulkan permintaan mereka lantaran sebagai seorang Sahabat mereka tampak serius dan mengharapkan agar aku dan Edi bisa kembali seperti dulu lagi. Namun barulah hari ketiga setelah hari raya Idul Adha aku baru dapat bertegur sapa dan bercanda lagi dengan Edi.
Hingga saat ini ketika aku menulis kisah ini, aku dan Edi kembali dapat bercanda lagi meskipun tidak seperti dan seakrab yang dulu-dulu. Begitu banyak yang dapat kupetik dari persahabatanku dengan Edi yaitu persahabatan memerlukan pengorbanan, pengertian, sikap saling mendukung, mengecilkan sikap egois, saling mengisi, dan positif thinking. Thank’s Edi And Happiness 4 U.

With Muhammad Baha Uddin

Thanks... atas kritik dan sarannya

Senin, 08 September 2008

Membina Hubungan Persahabatan

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Apa yang kita alami demi teman-teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempuyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan berbagai cobaan tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya.

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur, disakit, diperhatikan, dikecewakan didengar, diabaikan, dibantu, ditolak, namun semua itu tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena hasinya ia memberanikan diri mengegur apa adanya.

Proses dari teman menjadi sahabat usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataan kasih dari orang lain, tetepi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya atau dapat dikatakan rela untuk berkorban demi mendapatkan apa yang di hajatkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis, semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati idahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena di khianati sahabatnya.

Begitu banyak orang yang membutuhkan bantuan dari orang lain dan mengharap akan pengorbanan dari diri orang lain terhadapnya, karena manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian, namun ketika orang lain membutuhkannya dia tidak bisa dan bahkan merasa rugi untuk berbuat/ rela berkorban demi kepentingan temannya tersebut.

2. Rumusan masalah

Dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk merumuskan masalah yang antara laian :

a. Apakah hakikat dari sebuah persahabatan ?

b. Apa saja yang dapat mendukung terbinanya persahabatan ?

c. Seberapa besar peran sahabat dalam kehidupan kita ?

B. PEMBAHASAN

1. Hakikat persahabatan

Sahabat merupakan suatu makna kata yang lebih dalam dari pada kata ”teman” sahabat adalah orang yang selalu berada di sisi kita dalam setiap moment yang terjadi dalam hidup kita, yaitu dalam kesukaran dan kedukaan. Sahabat adalah suatu anugrah yang diberikan Allah kepada seseorang yang memang telah ditentukannya, karena sahabat bukanlah sembarangan teman yang dapat kita dapat jumpai dimana-mana dan berlalu membiarkan kita sendirian dalam menempuh kehidupan ini.

Seperti kata pepatah ”satu orang musuh tersah begitu banyak tetapi seribu orang teman tersa begitu sedikik namun sribu orang teman dapat di wakilkan oleh satu orang sahabat”. Begitulah kehidupan, lebih mudah menciptakan permasalahan, dan mencari teman dari pada mendapatkan dan menjaga persahabatan. Untuk itu diperlukan suatu kajian dan kecermatan dalam memilih teman yang akan di jadikan sahabat.

Salah satu yang menjadi kareakter dari seorang sahabat adalah adanya perasaan kasih sayang terhadap sahabatnya dan berusaha untuk tetap menjaga hubungan silaturrahim, sekalipun ia telah disakiti, dihina, difitnah atau di jatuhkan, dengan tujuan mengharap keridhoan Allah SWT.

Allah SWT menegaskan bahwa perbuatan paling keterlaluan yang dilakukan oleh para pembagkang yang menyimpang dari kebenaran adalah memutuskan tali kasih sayang yang diperintahkan Allah untuk menyambungnya.

”Dan orang-orang yang merusak janji Allah setelah di ikrarkan dengan teguh dan memutuskan (silaturrahim) yang Allah perintahkan supaya di hubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam)”.(Q.S.Ar-Ra’d: 25)[1].

2. Memelihara hubungan kekerabatan

Akidah Islam telah menumbuhkan rasa peduli sosial dalam sanubari setipa individu dengan berbagai metode dan cara, antara lain :

a. Membangkitkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap nasib orang lain (dalam sanubarai setiap individu)

b. Menumbuhkan jiwa berkorban dan lebih memementingkan orang lain

c. Menumbuhkan rasa kebersamaan [2]

Al-Qur'an yang muli menganjurkan para pengikitnya untuk lebih mementingkan orang lan dari pada dirinya sendiri dan memuji jiwa berkorban yang dimiliki muslimin.

Nabi Muhammad SAW, bersabda yang artinya : Barang siapa yang berjalan dalam kerangka untuk menolong dan memberikan kemanfaatan kepada saudaranya, maka baginya pahala seperti orang-orang yang berperang di jalan Allah”. Sabdanya yang lain ” Sesungguhnya Allah mempunyai beberapa mahluk yang diciptakannya dalam kerangka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Dia bersumpah pada Dzat-nya uantuk tidak menyikasa mereka dengan mereka. Apabila telah datang hari kiamat, diletakkan lah mimbar-mimbar dari cahaya untuk mereka berbicara dengan Allah SWT, sementara manusia masih dalam hisab”. [3]

Sementara seperti yang di riwayatkan oleh Imam Muslim dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda, hak seorang muslim terhadap muslim yang lain ada enam, yaitu :

1. Jika bertemu maka berilah salam

2. Jika tidak kelihatan maka cari tahulah

3. Jika sakit maka jenguklah

4. Jika mengundang maka penuhilah

5. J ika bersin dan mengucapkan hamdalah, maka jawablah dengan ucapan

”yarhamukallah”

6. Jika meninggal dunia maka antarkanlah (ke pemakaman).[4]

Disamping ke enam hal tersebut yang hars kita perhatikan dan menjadi bagian dari hak seorang muslim terhadap muslim yang lain, maka untuk menjadi seorang sahabat tidaklah semudah menjadi seorang teman. Adapun yang dapat menjaga hubungan persahabatan atau kekerabatan antara lain sebagai berikut :

a. Ungkapkan cita karena Allah.

Anas r.a. meriwayatkan, ada laki-laki di sisi Nabi SAW, tiba-tiba ada sahabat lain yang berlalu, laki-laki tersebut lalu berkata. Ya Rasulullah sungguh saya mencintai orang itu (karena Allah). Maka Nabi bertanya apakah engkau telah memberikan kepadanya ? belum” jawab laki-laki itu. Nabi bersabda maka bangkit dan beritahukanlah kepadanya, niscaya akan mengokohkan kasih sayang di antara kalan. Lalu ia bangkit dan memberitahukan, sungguh saya mencintai anda karena Allah” maka orang itu berkta” semoga Allah mencintaimu, yang engkau mencintai ku karena-nya”. (H.R. Ahmad, di sahkan oleh Al-Albani).

b. Lemah lembut, bermuka manis dan saling memberi hadiah

Termasuk yang membantu langgengnya cinta dan kasih sayang adalah saling memberi hadiah diantara sesama sahabat.

Rasululah SW bersabda ”saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang kedengkian, saling memberi hadialah kalian, niscaya kalian saling mencintai dan hilang (dari kalian) kebencian. (H.R. Imam Malik).

c. Saling memberi nasehat

d. Berlapang dada dan berbaik sangka

Termasuk bumbu pergaulan dan persahabatan adalah bebaik sangka kepada sesama sahabat. yaitu selalu bersifat positif dan memaknai setiap sikap dan ucapan orang lain dengan persepsi dan gambaran yang baik tidak ditafsirkan negarif. Nabi bersabda yang artinya ” Jauhkanlah oleh kalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah pembicaraan yang paling dusta (H.R.Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud buruk sangka disini adalah dugaan yang tanpa dasar.

e. Menjaga rahasia[5]

Sahabat dan saudara sejati adalah sahabat yang bisa menjaga rahasia sahabatnya. Orang yang membeberkan rahasia sahabatnya adalah seorang penghianat terhadap amanat. Berkhianat terhadap amanat adalah termasuk salah satu sifat orang munafik.

3. Peran Sahabat

Dalam memuji jalinan persaudaraa antara sesama muslim, Rasullullah pernah bersabda: Barang siapa yang dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka akan di karunai-NYA, seorang sahabat karib yang soleh : jika ia terlupa niscaya ia akan diingatkan olehnya dan jika ia teringat kepadanya niscaya ia membantunya. Dan perumpamaan dua saudara yang sedang bertemu adalah bagaikan dua belah tangan yang satu sama lain saling mencuci. Dan tidaklah berjumpa dua orang mukmin kecuali Allah SWT. memberikan salah seorang dari mereka kebaikan dari temannya.

Seorang mukmin adalah saudara bagi sesama muslim, dia adalah matanya, cerminnya dan petunjuk jalannya. Dia tidak akan menghianati, memperdayakan, menganiaya, membohongi, dan mengumpatnya. Nabi saw. bersabda ” Bertakwalah kalian kepada Allah SWT. dan jadilah kalian saudara-saudara yang senantiasa berbuat baik kepada sesamanya, saling mencintai karena Allah, saling menghubungi, saling merendahkan diri, saling mengasihani, saling mengunjungi, dan saling bertemu, serta hidupkan ajaran kami. (ahlul bait)[6]

Dalam Islam, prinsip menolong sahabat adalah bukan berdasar permintaan dan keinginan hawa nafsu sahabat. Tetapi prinsip menolong sahabat adalah keinginan untuk menunjukkan dan memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta berbasa-basi dengan mereka dalam urusan agama Allah. Termasuk didalamnya adalah amar ma’ruf nahi munkar, meskipun bertentangan dengan keinginan sahabat.

Adapun mengikuti kemauan teman yang keliru dengan alasan solidaritas, atau berbasa-basi dengan mereka atas nama persahabatan, supaya mereka tidak lari dan meninggalkan kita, maka yang demikian ini bukanlah tuntutan Islam.

Makna seorang sahabat bagi setiap individu tentunya berbeda-beda, peran sahabat terhadap diri kita sangat berpengaruh besar sehingga sudah sepatutnya kita mencintai sahabat-sahabat kita sebagaimana cintanya kita terhadap diri sendiri, karena makna seorang sahabat begitu besar bagi kita.

Sahabat tidak menyuruh anda berhenti bersedih ketika anda sedang bersedih, mereka tidak menawarkan pemecaha untuk masalah yang tidak ingin anda pecahkan, mereka tidak memetong pembicaraan waktu anda ingin bicara, mereka ikut tertawa ketika anda tidak bisa berhenti tertawa, sahabat akan tidur di sofa agar anda bisa tidur di tempat tidurnya. Karena sahabat seperti pintu yang terbuka tapi dia bukan keset kaki yang bisa diinjak.

C. PENUTUP

Persahabatan yang dijalin karena kepentingan duniawi tidak mungkin bisa langgeng. Bila manfaat duniawi sudah tidak diperoleh biasanya mereka dengan sendirinya berpisah bahkan mungkin saling bermusuhan. Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, mereka akan menjadi saudara yang saling mencintai, mengasihi, menyayangi, dan saling membantu, dan persaudaraan itu akan tetap berlanjut hingga dinegeri akhirat. Allah berfirman, yang artinya : Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali bagi orang-orang yang bertakwa ( QS. Az-zukhruf : 67)

Ya Allah anugerahilah kami hati yang bisa mencintai sahabat-sahabat kami hanya karena mengharap keridhaan-Mu. Amin (ibnu umar)

D. DAFTRA PUSTAKA

-Hasan, M. Syamsi, Terjemahan” Menyingkap Rahasia Qalbu al-Ghazali, Surabaya: Amelia

-Zahrah, Muhammad Abu, 1994, Membangun Masyarakat Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus

-WWW. Al-Shia.com/html/id/books/peran%2akidah/04.

-Blog.or.id.id/ islam/indeks.php./6-hak seorang muslim yang lain.2006-04-20

-Publikasi: al Sofwah.or.id

Dari Sahal Ibnu Sa’ad r.a. berkata : datang Seorang laki-laki kepada Nabi Saw dan berkata, Wahai Rasulullah tunjukanlah padaku atas perbuatan yang apabila aku mengerjakannya Allah mencintaiku dan manusia juga mencintaiku, maka Rasulullah berkata “berjihadlah di dunia maka Allah akan mencintaimu dan berjihadlah dengan apa-apa yang di sisi manusia maka engkau akan di cintai manusia. (H.R.Ibnu Majah dan yang lainnya dan disanadkan dari Hasan)


[1] Muhammad Abu Zahrah, Membangun Masyarakat Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1994), h. 49

[2] WWW. Al-Shia.com/html/id/books/peran%2akidah/04.

[3] M.Syamsi Hasan, Terjemahan” Menyingkap Rahasia Qalbu al-Ghazali, (Surabaya: Amelia),h. 343

[4] Blog.or.id.id/ islam/indeks.php./6-hak seorang muslim yang lain.2006-04-20

[5] Publikasi: al Sofwah.or.id

[6] Al-Shia. Op,Cit

Rabu, 27 Agustus 2008

Persahabatanku Dengan Ansur Arsyad


Aku mengenal ansur pada saat mengikuti MAPABA PMII STAIN Samarinda yang berlangsung selama 4 hari di kecamatan lempake Samarinda. MAPABA sendiri merupakan sebuah acara pengkaderan atas penerimaan anggota baru pergerakan mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Aku mengenal Ansur lantaran dalam pelatihan tersebut ia terlihat sangat vokal dan percaya diri walaupun dengan kemampuan bahasa Indonesia yang cukup kesulitan karena logat Bugis-nya yang cukup kentara dan kadang menjadi tertawaan bagi teman-teman yang lainnya, maklumlah pada saat itu ia merupakan mantan santri disebuah pesantren dari makassar.

Pada awalnya aku hanya mengenal Ansur hanya sebatas itu saja (ya.. orang yang vokal, percaya diri, dan logat Bugis yang kental), sementara ia mungkin tidak mengenalku- jangankan wajah mungkin namakupun tidak diketahuinya, karena aku termasuk orang yang sedikit lugu, pemalu, n sedikit kuper.

Tak beberapa lama, pihak BEM STAIN Samarinda mengadakan Ospek/ taaruf mahasiswa baru (TAMU) 2004 dan di hari terakhir pelaksanaan TAMU yang berlangsung selama 7 hari tersebut, aku berkenalan dengan M. Shodikin yang sedang membagikan sebuah formulir pelatihan kader (LK I) HMI, dan tanpa berfikir panjang aku meminta formulir itu dan segera mengisinya.

Sebenarnya aku sudah mengenal HMI sejak aku di MAN Tarakan dan aku sudah langsung tertarik ketika aku mengetahui bahwa di STAINpun ada organisasi ekstra kampus tersebut. Akhirnya aku berpindah organisasi ekstra kampus dari PMII ke HMI, karena hatiku selalu berontak dan tidak menemukan kecocokan karakter ketika aku masih berada di PMII sehingga pada saat di ‘baiat’ oleh PMII di dalam hatiku selalu berucap “insya Allah”, dan ketika aku resmi menjadi anggota HMI barulah hatiku menemukan suatu kedamaian.

Berjalan waktu, aku dan Ansur mulai dekat pada saat dimulainya perkuliahan semester 1 intensif bahasa inggris yang berlangsung selama 1 tahun (2 semester). Pada saat itu aku dan dia ternyata sama-sama menyenangi perkuliahan bahasa Inggris tersebut, walaupun kami tidak satu lokal (ruang belajar) tapi jika bertemu, kami selalu menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa inggris seadanya, dan tak jarang kami selalu jalan bersama sehingga kami semakin dekat dan saling memberikan yang terbaik satu sama lainnya.

Ia tidak marah ketika ia mengetahui bahwa aku telah berpindah organisasi ekstra kampus ke HMI padahal pada saat itu ia merupakan salah satu fanatis tulen dari PMII. Tidak seperti teman-teman yang lainnya, yang menjauhiku ketika mereka mengetahui bahwa aku telah menjadi anggota HMI, Ansur malah menerimaku dan tidak perduli dengan hal itu.

Diantara kami berdua hadir seorang perempuan sebaya dari jawa yang bernama Singgih, ia begitu peramah manis dan periang sehingga aku ingin sekali mencomblangkannya dengan Ansur namun usahaku sia-sia karena tak lama Singgih berhenti kuliah dan pulang ke jawa dan ternyata Ansur hanya senyum-senyum saja setelah mencium akal bulusku itu.

Hingga kini semester 8 aku dan ansur tetap menjadi sahabat terbaik yang tidak akan pernah putus, walaupun dalam perjalanannya aku dan dia terkadang dilanda dengan masalah namun paling cepat kami langsung sama-sama menyadarinya selama 1 hari dan paling lama 4 hari.

Meskipun kini aku sudah sangat jarang bersama-sama lagi namun jika bertemu kami tidak ubahnya seperti 2 saudara yang saling mengerti dan memahami. Kami berdua saling membantu dan bekerja sama walaupun terkadang ada sedikit saling egho dan sombong, tapi sekali lagi kami saling mengingatkan dan menyadari diri.

Untuk Ansur… Good Luck for U dan jangan pernah lupakan persahabatan kita, hingga kita menjadi tua dan kembali kepada-Nya. Terima kasih banyak Ansur Arsyad…

W E L C O M E T O S A H A B A T S E J A T I

Untaian katamu ternyata palsu
Janji indah telah kau ingkari untuk teus menjadi sahabatku

Tahukah kau sobat???
Bahwa segala luka yang menyobek hatimu
Dapat juga ku rasakan dan menusuk jiwaku
Bahwa darah yang menetes dari luka itu
Seiring air mata yang mengalir di pipiku

Sadarkah kau sobat???
Bahwa kepedihan yang selalu tampak di wajahmu
Adalah mmpi terburuk yang membebaniku
Bahwa sikap dinginmu untukku
Adalah pedang yang terus menghujam dadaku

Dulu secercah tawamu yang indah
Selalu menggelitik jiwaku untuk tersenyum
Tapi kini semua tlah berubah
Dan bukan lagi kebahagiaan
yang mamapu kau berikan padaku

Karena sahabat…
Kau khianati aq
dan kau cemari ikatan kita
Kau dengan mudah melepas jemariku
Padahal kau melihat aku
Rapuh tanpa kau di sampingku

Aku ingin kau jadi sahabat seumur hidupku
Tapi sebuah sungutan yg selalu ku dapat
Bila ku salah…
Sebuah nasehat yang selalu membimbingku bila ku marah
Takkan pernah jadi milikku
Kemana aku harus mencari semua???

Kau meninggalkan ku dengan alasan yang mengada-ada
Kau menarik dirimu
Di saat aku masih bertahan menyelamatkan semua
Kini apa yang bisa ku raih lagi???
Hanya tatapan dingin
Kebungkaman,kata-kata kasar dan pengkhianatan

Mengapa kau rusak hubungan ini???
Dengan kebohonganmu,kebosananmu,dan kepura-puraanmu???
Kau memang sungguh tega temanku
Kau hanya menganggap persahabatan kita
Dalam bentuk saling memanfaatkan

Kenapa aku yang kau sakiti???
Kenapa kita bisa mengenal???
Dan kenapa aku terlalu percaya padamu???

Jawaban itu takkan pernah ada sahabat
Yang ada hanyalah kerianganmu terbebas dariku
Dan kesakitanku yang sangat menyiksa

Terus ku bertanya padamu
Apakah ada kata sahabat di hidupmu??
seperti apa sahabat yang sempurna untukmu???
Dan kenapa kau tinggalkan aq??

Tapi kau takkan mau menjawab
Cuma penggalan kalimat
yang bisa kau utarakan
“Aku tak bisa jadi Sahabatmu”

Sudahlah sobat
sekarang cumaberibu maaf untukmu dariku
Maaf bila ku yang bersalah
Hingga persahabatan ini berakhir
Maaf bila terus mengusik
kehidupanmu sekarang yang begitu indah
MAAF SEKALI LAGI MAAF…
Bila sampai kapanpun
ku takkan pernah bisa menghapus
Semua bayanganmu

Meski kau telah pergi dan takkan kembali
Meski kau ingin menuntaskanku
Dan menghapus aku dari hidupmu
Dan meski kau hanya sahabat yang membawa luka bagiku

Bagiku…
Kau selalu jadi sahabatku
Selalu dalam hidupku
Karena kau adalah sahabat
Yang memiliki arti
Dari dulu sampai sekarang