Selasa, 16 September 2008

With Edi Junaedi

Awal aku mengenal Edi Junaedi karena seringnya bertemu dan berteman di lokal tarbiyah namun yang pastinya aku mulai dekat dengan Edi setelah kami sering mengadakan perjalanan bareng entah untuk refreshing ataupun untuk suatu urusan. Perjalananku dengan Edi sempat terbilang sangat akrab bahkan antara aku dan dia seperti tidak akan terpisahkan oleh apapun.
Lelaki penyuka musik dangdut Rhoma Irama ini banyak membantuku dalam segi pengetahuan masalah agama yang masih kurasakan kurang dari diriku. Edi memang sahabat yang tepat dalam hal pemahaman mengenai agama, maklumlah karena ia memang kurang lebih telah mengenyam pendidikan di pondok pesantren selama 15 tahun. Dalam hal pemahaman agama Edi memang sangat kuat sekali pada pemahaman klasik yang banyak diturunkan oleh para ulama-ulama klasik jua.
Dari Edi aku mulai mengenal dan nilai religiku meningkat drastis. Hal itu karena aku dan dia selalu menghadiri pengajian-pengajian klasik yang tentunya dengan para ulama yang tidak diragukan kealimannya di kalangan masyarakat kaltim bahkan nasional. Guru kami diantaranya adalah Guru Mansur, Guru Uddin, yang merupakan anak angkat dari Guru KH. Muhammad Zainy Abdul Ghani Al Banjari (Guru Ijay), pengajian yang digelar oleh guru-guruku ini selalu tidak kurang dihadiri oleh ratusan jamaah.
Kedekatanku dengan Edi pada saat semester 3-4 sangat akrab sekali, sehingga tak jarang aku dan dia sering diejek oleh kawan-kawan lain ibarat sepasang ‘suami/istri’, akan tetapi kami tidak memperdulikannya. Dalam persahabatan kami mengedepankan sikap saling mengerti, saling memberi dan membantu bahkan kami semakin akrab di saat orang-orang selalu mengejek kami berdua.
Menjelang akhir semester IV kedekatanku dengan Edi mulai rapuh karena aku kecewa dengan dia yang menuduhku menyukai gadis yang amat dicintainya (Elliyanah). Elly adalah gadis desa yang pendiam dan solehah namun ia belum bisa menerima Edi sebagai kekasihnya karena suatu hal meskipun Edi tampak berjuang keras untuk mendapatkannya namun Elly belum membalas perasaan Edi.
Aku sebagai sahabat Edipun tidak mahu tinggal diam apalagi aku melihat keadaan Edi setelah mengenal Elly bagaikan Qais alias majenun yang memimpikan Layla.
Aku selalu mencoba mendukung Edi agar tidak menyerah untuk mendapatkan Elly namun ternyata aku harus kecewa ketika Edi mengumumkan padaku bahwa ia telah menyerah untuk berjuang mendapatkan hatinya Elly, berita itu sedikit membuatku sedih dan meneteskan air mata namun sebagai sahabat yang baik aku mencoba untuk tetap mendukung keputusannya itu.
Edy yang telah mendapatkan Asnaniah (sepupu Elly)sebagai kekasih resmi sesaat setelah berhentinya dia dalam memperjuangkan cinta kepada Elly ternyata masih menyimpan foto Elly di dalam dompetnya. Foto itu seringkali membuat cemburu Asnaniah kepada Elly sehingga aku berniat mengembalikan foto itu pada Elly, setelah aku mengembalikan foto itu pada Elly ternyata membuat Edy marah besar padaku dan lantas ia menuduhku diam-diam menyukai Elly.
Perkelahian antara aku dan Edi tak dapat dihindari, mushallah kampus STAIN manjadi saksi perkelahian kami dan hanya Hamdani yang pada saat itu mencoba untuk melerai perkelahian kami.
Sahabat-sahabat lain yang mendengar berita perkelahianku dengan Edy pada sore harinya tiba untuk mendamaikan kami berdua, sehingga masalahku dengan Edi akhirnya usai setelah kami mendiskusikannya di kediaman Elliyanah. Meskipun pada waktu itu uluran tangan permintaan maafku padanya tidak disambut dengan baik namun aku cukup bersyukur bahwa dengan adanya Elly sebagai penengah perkelahian kami dapat menyadarkan Edi akan siapa yang benar dan siapa yang salah dalam masalah ini.
Paska tragedi itu aku dan Edi tidak pernah mahu bertegur sapa lagi bahkan hingga berjalan empat bulan lamanya. Dalam diriku ada perasaan benci dan tidak ingin mendengar suaranya lagi. Edi menganggap bahwa aku sudah tidak ada lagi di hatinya “kosong sama dengan ada, dan adanya sama dengan kosong”. Begitupun sebaliknya dengan aku, kehadiran Edi aku anggap sama dengan tidak ada namun ketidak adaannya sama dengan ada.
Paska Idul Fitri 1426 H aku Ibu angkatku (mamanya Lia.red) menyuruhku untuk meminta maaf kembali kepada Edi. Tidak hanya ibu, Baha dan Lia pun sangat mengharapkan agar aku mendahulukan untuk meminta maaf dan menegur Edi bahkan mereka berdua (Lia dan Baha.red) bernazar akan berpuasa untukku selama 7 hari jika aku mahu menurutinya.
Aku mengabulkan permintaan mereka lantaran sebagai seorang Sahabat mereka tampak serius dan mengharapkan agar aku dan Edi bisa kembali seperti dulu lagi. Namun barulah hari ketiga setelah hari raya Idul Adha aku baru dapat bertegur sapa dan bercanda lagi dengan Edi.
Hingga saat ini ketika aku menulis kisah ini, aku dan Edi kembali dapat bercanda lagi meskipun tidak seperti dan seakrab yang dulu-dulu. Begitu banyak yang dapat kupetik dari persahabatanku dengan Edi yaitu persahabatan memerlukan pengorbanan, pengertian, sikap saling mendukung, mengecilkan sikap egois, saling mengisi, dan positif thinking. Thank’s Edi And Happiness 4 U.

Tidak ada komentar:

W E L C O M E T O S A H A B A T S E J A T I

Untaian katamu ternyata palsu
Janji indah telah kau ingkari untuk teus menjadi sahabatku

Tahukah kau sobat???
Bahwa segala luka yang menyobek hatimu
Dapat juga ku rasakan dan menusuk jiwaku
Bahwa darah yang menetes dari luka itu
Seiring air mata yang mengalir di pipiku

Sadarkah kau sobat???
Bahwa kepedihan yang selalu tampak di wajahmu
Adalah mmpi terburuk yang membebaniku
Bahwa sikap dinginmu untukku
Adalah pedang yang terus menghujam dadaku

Dulu secercah tawamu yang indah
Selalu menggelitik jiwaku untuk tersenyum
Tapi kini semua tlah berubah
Dan bukan lagi kebahagiaan
yang mamapu kau berikan padaku

Karena sahabat…
Kau khianati aq
dan kau cemari ikatan kita
Kau dengan mudah melepas jemariku
Padahal kau melihat aku
Rapuh tanpa kau di sampingku

Aku ingin kau jadi sahabat seumur hidupku
Tapi sebuah sungutan yg selalu ku dapat
Bila ku salah…
Sebuah nasehat yang selalu membimbingku bila ku marah
Takkan pernah jadi milikku
Kemana aku harus mencari semua???

Kau meninggalkan ku dengan alasan yang mengada-ada
Kau menarik dirimu
Di saat aku masih bertahan menyelamatkan semua
Kini apa yang bisa ku raih lagi???
Hanya tatapan dingin
Kebungkaman,kata-kata kasar dan pengkhianatan

Mengapa kau rusak hubungan ini???
Dengan kebohonganmu,kebosananmu,dan kepura-puraanmu???
Kau memang sungguh tega temanku
Kau hanya menganggap persahabatan kita
Dalam bentuk saling memanfaatkan

Kenapa aku yang kau sakiti???
Kenapa kita bisa mengenal???
Dan kenapa aku terlalu percaya padamu???

Jawaban itu takkan pernah ada sahabat
Yang ada hanyalah kerianganmu terbebas dariku
Dan kesakitanku yang sangat menyiksa

Terus ku bertanya padamu
Apakah ada kata sahabat di hidupmu??
seperti apa sahabat yang sempurna untukmu???
Dan kenapa kau tinggalkan aq??

Tapi kau takkan mau menjawab
Cuma penggalan kalimat
yang bisa kau utarakan
“Aku tak bisa jadi Sahabatmu”

Sudahlah sobat
sekarang cumaberibu maaf untukmu dariku
Maaf bila ku yang bersalah
Hingga persahabatan ini berakhir
Maaf bila terus mengusik
kehidupanmu sekarang yang begitu indah
MAAF SEKALI LAGI MAAF…
Bila sampai kapanpun
ku takkan pernah bisa menghapus
Semua bayanganmu

Meski kau telah pergi dan takkan kembali
Meski kau ingin menuntaskanku
Dan menghapus aku dari hidupmu
Dan meski kau hanya sahabat yang membawa luka bagiku

Bagiku…
Kau selalu jadi sahabatku
Selalu dalam hidupku
Karena kau adalah sahabat
Yang memiliki arti
Dari dulu sampai sekarang