Selasa, 16 September 2008

With Nine Brosist ( 9 Brothers & Sister )

9 Brosist (9 brother and sister) adalah nama yang berarti sembilan saudara laki-laki dan perempuan, nama ini dipilih karena aku dan teman-temanku terdiri dari 9 laki-laki dan 2 perempuan. Nama itu muncul bukan lantaran atas ikrar yang mudah namun atas latar belakang mempertahankan persahabatan yang terjalin.
Pada awalnya lokal kami (tarbiyah PAI) sangat dikenal oleh lokal-lokal yang lain bahkan tergaung sampai ke jurusan-jurusan lain merupakan lokal yang paling baik, kompak, berprestasi, dan have fun. Itu semua karena kerja sama antar semua penduduk lokal yang mencapai 38 orang itu. Lokal yang kadang membuat iri hati lokal dan jurusan lain ini tentu banyak dimotori oleh Ghazali Rahman, Agus Bahri, Edi Junaedi, dkk.
Namun ternyata kekompakan lokal ini mulai menunjukkan perpecahan dan pertentangan ketika masing-masing penduduknya mulai berkompetisi secara tidak sehat alias saling menonjolkan diri dan menjatuhkan lawan. Munculnya kubu-kubu organisatoris seperti PMII-HMI-KAMMI, kelompok belajar mata kuliah, dan non organisatoris, personal, kelompok sebaya, dan adu domba semakin mempertajam kesenjangan.
Untuk itu Aku, Agus, Edi, Hamdani, Baha, dan Sodikin yang selalu bersama-sama berkeinginan untuk meminimalisir bahkan mengkondusifkan lingkungan lokal yang semakin semrawut itu, berbagai upaya sudah kami lakukan namun ternyata belum cukup mampu mengkondusifkan suasana hal ini karena diantara masyarakat lokal terdapat beberapa orang dan kelompok yang ingin memecah belah secara halus sehingga menghambat gerakan damai kami.
Usaha kami mungkin sedikit mendapat dukungan dari yang lain, hal ini terlihat dari bergabungnya Suriyanto yang disusul Amaliah dan Siti Munawarah di kubu kami. Namun ternyata dewi fortuna belum sepenuhnya memihak, ibarat mahu menolong hewan yang terjepit tapi malah di gigit,. karakter kami mulai dibunuh oleh personal dan kelompok pengadu domba. Mereka menyebarkan fitnah yang membuat kami bingung dan tidak tahu fitnah apa yang ditimpakan kepada kami. Fitnah itu bukan hanya tersebar di kalangan mahasiswa namun hingga jurusan-jurusan dan lembaga.
Suatu saat Aku, Edi, dan Baha harus menerima kopi pahit dari seorang dosen ketika sedang mengikuti perkuliahannya, entah dengan motif apa dosen tersebut langsung menyudutkan keberadaan kami di hadapan kawan-kawan yang lain, pada awalnya kami bertiga masih bersikap biasa dan tidak tahu menahu namun ketika dosen itu mengatakan bahwa kami ber sembilan adalah perkumpulan yang telah menyimpang dari perilaku yang wajar sebagai mahasiswa, kami langsung terdiam, terkejut dan saling bertatap mata.
Mungkin saja itu adalah hari yang tepat bagi dosen itu untuk mengomentari persahabatan kami karena 6 orang diantara kami sedang mengambil jatah liburnya. Usai perkuliahan kami bertiga langsung menghubungi kawan-kawan yang lain untuk berkumpul di rumah Amaliah dan mendiskusikan hal ini.
Setelah kami menjelaskan semua yang telah kami bertiga alami, tiba-tiba Agus naik pitam dan segera meluncur ke kampus dan mengajak berbincang empat mata dengan dosen tersebut, entah apa yang diperbincangkan namun yang jelas kami tidak menerima atas tuduhan dosen yang terkenal killer di kampus itu.
Mungkin inilah masa kritis bagi kami, di setiap sudut kampus yang kami datangi pasti akan tercipta suasana yang dingin dengan tatapan sinis orang-orang yang berada disekitarnya, bahkan hingga kepada dosen-dosen yang kami hormatipun seolah tidak mahu menerima keberadaan kami. Hari-hari di setiap sudut kampus selalu memperbincangkan persahabatan kami bersembilan yang dianggap miring.
Sejak saat itu kami sedikit mengalami gangguan mental, kami down karena diserang dari berbagai sudut jangankan untuk menghibur diri untuk menghibur sahabat-sahabat yang lain saja kami ragu dan rasanya tidak ada gunanya. Dalam diriku sendiri ada perasaan khawatir jika kami akan bubar dan tidak dapat melewati ujian ini. Hal ini terlihat ketika kami bertemu nyaris diam seribu bahasa alias saling diam.
Beberapa hari kami mengalami masa down dan kami tidak ingin larut dalam masalah ini, karena selama kami diam tanpa perlawanan gosip diantara kami semakin kencang berhembus,. Kami akhirnya mencari titik orang pertama yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Kami mencoba beberapa kali mendatangi langsung rumah seorang dosen yang kami anggap harus bertanggung jawab.
Usaha kami tidak sia-sia setelah melalui perjuangan yang panjang, isu tentang kami sudah mulai meredup. Kawan-kawan kampus yang memandang miring kini sudah mulai sadar setelah kami mempertanyakan perkara apa yang telah kami lakukan sehingga dianggap menyimpang’ dan kami telah mengetahui siapa sebenarnya musuh dalam selimut di balik kejadian ini.
Para dosen yang telah sepakat untuk menghalangi karya kami akhirnya satu per satu kini mulai mengetahui kebenaran yang sebenarnya, meskipun diantara mereka ada yang sempat tidak meluluskan kami dengan nilai yang tidak jelas, kini telah dapat bersikap objektif bahkan mendukung aktifitas dan persahabatan kami. Yah… inilah buah dari perjuangan serta kesabaran kami.
Atas keberhasilan dan kesuksesan menghadapi masalah ini, kami mengikrarkan diri dengan nama nine brosist (9 saudara).
Perjalanan 9 Brosist bukan tanpa halangan dan kendala, melainkan pasca serangan dari luar, kini setelah berjalan selama 2 tahun ‘9 brosist mengalami beberapa kali kesalah pahaman dari dalam diri masing-masing personelnya yang terus terang saja masih mengandalkan keegoisan masing-masing.
Masalah itu antara lain menyangkut hubunganku dengan Edi yang telah terselesaikan, kemudian disusul dengan hubunganku dengan Baha yang sampai saat ini (saat penulisan cerita ini) belum mengalami titik temu, kini Lia dirundung masalah dengan Edi yang tidak tahu secara pasti apa penyebabnya.
Yang jelas saat ini Edi selalu mencoba untuk menghindar dan tidak bertegur sapa dengan Lia, Edi-pun kini telah jarang sekali berkumpul dengan 9 brosist. Meskipun kami memiliki kesibukan masing-masing namun kami selalu berusaha menyempatkan diri untuk selalu berkumpul bareng.
Hamdani sendiri mengetahui penyebab utama mengapa Edi selalu menjauh dari Lia namun entah mengapa Hamdani bersih keras untuk tidak memberitahukan kepada kami mengapa Edi bersikap seperti itu, agar kami dapat mendiskusikannya secara bersama-sama lagi.
Menjelang diakhir waktu ini, aku dan Suriyanto hanya berharap bahwa 9 brosist akan tetap kukuh dan menunjukkan kembali kecemerlangannya seperti dulu lagi. Tidak ada pertentangan, tidak ada permusuhan, ataupun sikap yang dapat menghancurkan persahabatan ini, kami hanya berharap jika kita dapat berfikir positif dan dewasa menyikapi segala hal, bukan dengan sikap yang ke kanak-kanakan ini.
Jikapun harapan ini menjadi nyata, semoga keutuhan persahabatan ini akan tetap terjaga dan terjalin hingga kita tua dan kembali kepada-Nya. Ataupun jika itu tidak menjadi nyata aku berharap bahwa kita akan tetap mengingat kenangan ini hingga kita bisa bertemu lagi. Akhirnya aku ucapkan terima kasih Sahabat, terima kasih 9 brosist.

Tidak ada komentar:

W E L C O M E T O S A H A B A T S E J A T I

Untaian katamu ternyata palsu
Janji indah telah kau ingkari untuk teus menjadi sahabatku

Tahukah kau sobat???
Bahwa segala luka yang menyobek hatimu
Dapat juga ku rasakan dan menusuk jiwaku
Bahwa darah yang menetes dari luka itu
Seiring air mata yang mengalir di pipiku

Sadarkah kau sobat???
Bahwa kepedihan yang selalu tampak di wajahmu
Adalah mmpi terburuk yang membebaniku
Bahwa sikap dinginmu untukku
Adalah pedang yang terus menghujam dadaku

Dulu secercah tawamu yang indah
Selalu menggelitik jiwaku untuk tersenyum
Tapi kini semua tlah berubah
Dan bukan lagi kebahagiaan
yang mamapu kau berikan padaku

Karena sahabat…
Kau khianati aq
dan kau cemari ikatan kita
Kau dengan mudah melepas jemariku
Padahal kau melihat aku
Rapuh tanpa kau di sampingku

Aku ingin kau jadi sahabat seumur hidupku
Tapi sebuah sungutan yg selalu ku dapat
Bila ku salah…
Sebuah nasehat yang selalu membimbingku bila ku marah
Takkan pernah jadi milikku
Kemana aku harus mencari semua???

Kau meninggalkan ku dengan alasan yang mengada-ada
Kau menarik dirimu
Di saat aku masih bertahan menyelamatkan semua
Kini apa yang bisa ku raih lagi???
Hanya tatapan dingin
Kebungkaman,kata-kata kasar dan pengkhianatan

Mengapa kau rusak hubungan ini???
Dengan kebohonganmu,kebosananmu,dan kepura-puraanmu???
Kau memang sungguh tega temanku
Kau hanya menganggap persahabatan kita
Dalam bentuk saling memanfaatkan

Kenapa aku yang kau sakiti???
Kenapa kita bisa mengenal???
Dan kenapa aku terlalu percaya padamu???

Jawaban itu takkan pernah ada sahabat
Yang ada hanyalah kerianganmu terbebas dariku
Dan kesakitanku yang sangat menyiksa

Terus ku bertanya padamu
Apakah ada kata sahabat di hidupmu??
seperti apa sahabat yang sempurna untukmu???
Dan kenapa kau tinggalkan aq??

Tapi kau takkan mau menjawab
Cuma penggalan kalimat
yang bisa kau utarakan
“Aku tak bisa jadi Sahabatmu”

Sudahlah sobat
sekarang cumaberibu maaf untukmu dariku
Maaf bila ku yang bersalah
Hingga persahabatan ini berakhir
Maaf bila terus mengusik
kehidupanmu sekarang yang begitu indah
MAAF SEKALI LAGI MAAF…
Bila sampai kapanpun
ku takkan pernah bisa menghapus
Semua bayanganmu

Meski kau telah pergi dan takkan kembali
Meski kau ingin menuntaskanku
Dan menghapus aku dari hidupmu
Dan meski kau hanya sahabat yang membawa luka bagiku

Bagiku…
Kau selalu jadi sahabatku
Selalu dalam hidupku
Karena kau adalah sahabat
Yang memiliki arti
Dari dulu sampai sekarang